Cerita Motivasi

 Betapa Miskinnya

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.
Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya. “Bagaimana perjalanan kali ini?” “Wah, sangat luar biasa Ayah”
“Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin” kata ayahnya. “Oh iya” kata anaknya
“Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?” tanya ayahnya.
Kemudian si anak menjawab. “Saya saksikan bahwa : Kita hanya punya satu anjing,
mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ketengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya.
Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari. Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh.
Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita.
Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya.
Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri. Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi.”
Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.
Kemudian sang anak menambahkan “Terimakasih, Ayah telah menunjukkan kepada
saya betapa miskinnya kita.”`
Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang. Membuat kita bertanya apakah yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta lebih

TETAPLAH MENGASIHI

Banyak orang sering mementingkan diri sendiri, dan bertindak yang tidak masuk akal,
Namun tetaplah mengampuni mereka.
Jika engkau baik hati, mungkin orang menuduh kau egois dan berpura-pura,
Namun tetaplah menjadi baik selalu.
Jika engkau sukses, sering tidak menemukan banyak teman sejati yang setia, malah engkau lebih banyak mendapatkan musuh,
Namun tetaplah meraih kesuksesan selalu.
Jika engkau jujur dan tulus, mungkin orang akan menipumu,
Namun tetaplah jujur dan tulus selalu.
Apa yang engkau kerjakan bertahun-tahun, orang dapat hancurkan dalam semalam,
Namun tetaplah berkarya.
Jika engkau tenang dan bahagia, banyak orang akan iri hati,
Namun tetaplah berbahagia.
Kebaikan yang engkau perbuat tiap hari, sering akan dilupakan orang,
Namun tetaplah berbuat baik selalu.
Berilah yang terbaik dari yang kau miliki, mungkin orang tidak pernah merasa cukup,
Namun tetaplah memberi yang terbaik.
Maka yang menentukan pada akhirnya, hanya engkau dan Tuhan, bukan engkau dan mereka
 
 

ADA KALANYA KITA MEMBUTUHKAN DIAM

 

Di kala Anda tak mempunyai kata-kata untuk diucapkan, diamlah. Lebih mudah mengetahui kapan Anda harus berbicara dan mengumbar pembicaraan. Namun, teramat sulit menjaga kapan sebuah jeda harus didiamkan. Ingatlah, bibir bukan hanya untuk dibuka lebar-lebar, lebih sering kita perlu untuk mengatupkannya rapat-rapat. Berbicara seringkali bagaikan menghamburkan paku pada jalan yang akan dilalui. Kita tak tahu pada yang manakah kita akan jatuh tersungkur.
Berbicara memerlukan sebuah pengendalian diri agar kata-kata berbicara sebagaimana mestinya. Sedangkan diam adalah pengendalian itu sendiri yang harus diketukan untuk menjaga sebuah harmoni. Itulah mengapa orang bijak menyimpan butir-butir emas kebijakan mereka dalam diam.

Tags:

Leave a comment